Sabtu, 25 Juli 2009

Serial Muhasabah Kehidupan




“Keterasingan yang Berujung Bahagia”Ketika Rasulullah dalam sabdanya yang direkam dalam hadits, “Islam itu datang dalam keadaan asing (ghuroba) dan akan kembali dalam keadaan asing pula, maka beruntunglah orang-orang yang terasing itu” seolah-olah mengisyaratkan kepada umat setelahnya akan apa yang terjadi dan menjadi ujian keimanan yang harus dibuktikan di hadapan Rabbnya. Sunnatullah memang, bahwa pada dasarnya fitrah manusia itu cenderung pada kebenaran, akan tetapi bujukan dan godaan syaitan yang menggiurkan begitu mudah menggelincirkan hati manusia dari taat kepada Allah menjadi hamba hawa nafsu. Ikrar setiap manusia sebelum dilahirkan telah diabadikan dalam Al Quran,“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", (Al A’raf : 172)Akan tetapi fitrah yang mengetahui kebenaran dan juga mengethui adanya kebatilan tidak akan sanggup melawan bujukan hawa nafsu rayuan syaitan, kecuali jiwa-jiwa yang bersih. Merekalah para mukhlisin yang iblis/syaitan pun tidak sangup untuk menyesatkannya. Rasulullah dan para Nabi/Rasul sebelumnya ketika membawa ajaran suci dari Ilahi Rabbi yaitu tauhid, pastilah mendapat pertentangan yang sangat hebat. Julukan sebagai orang aneh, gila, tukang sihir, tukang cerita dongengan orang terdahulu kesemuanya sudah melekat pada mereka, tetapi tidak satupun para pengemban amanah suci dari langit itu gentar, bahkan semakin kuat dan kuat. Hingga Allah SWT memberikan kabar gembira berupa kemenangan yang akan dimilki orang-orang yang beriman dan beramal shalih, mereka tetap yakin bahwa Allah selalu bersama mereka. Bukankah hidup ini adalah ujian ? Sangat aneh jika dalam usaha menyampaikan agama Allah SWT tidak mendapatkan rintangan dan ujian. Karena dalam pembuktian iman akan selalu disertai fitnah hingga Allah ta’ala benar-benar mengetahui mana hambaNya jujur dalam keimanannya dan mana yang tidak. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput (dari azab) kami? Amatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu. (Al ‘Ankabut : 2-4)Di antara sekian banyak ujian yang mesti ditempuh, salah satunya adalah keterasingan. Inilah yang membutuhkan jiwa-jiwa yang tangguh, ruh yang dekat dengan Allah Yang Maha Kuasa, yang penuh penghambaan dan kedekatan melalui amal shalihnya, sujud-sujud malamnya. Seraya dengan keyakinan bahwa sudah menjadi kewajiban Allah-lah untuk menolong hamba-hambanya yang mukmin. Jika memang demikian jalan yang dipilihkan Allah ta’ala bagi orang-orang mukmin, yaitu jalan keterasingan, maka apapun akan dilalui demi mengharap ridho dan berjumpa dengan Al Kholiqul ‘Aziz, Allah Subhanahu wata’ala. Ketika saatnya nanti dihadapkan pada kenikmatan surga firdausy yang penuh dengan kebahagiaan, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, dijadikan indah pada setiap pasangan, kenikmatan yang tidak pernah membosankan, yang belum pernah dan tidak mampu dibanyangkan dengan akal, belum pernah terdengar,dan terlihat oleh indra. (mereka berdoa): "Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati Kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada Kami, dan karuniakanlah kepada Kami rahmat dari sisi Engkau; karena Sesungguhnya Engkau-lah Maha pemberi (karunia)". (Ali ‘imran : 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...